Apa ada pada wajah?
Apa makna yang ada pada seraut wajah?
Apa perlu bicara soal wajah?
Wajah itulah ciptaan dan kurniaan Allah kepada hamba-hambaNya supaya mereka sentiasa mengingati dan mensyukuriNya.
Perhatikan, tersusun indah pada wajah kita sepasang mata, hidung, kening, bibir, mulut, dagu, dahi, pipi, sepasang telinga di tepinya juga kumis dan janggut bagi kaum lelaki.
Bersyukurlah andai kita memiliki wajah yang sempurna walaupun kurang cantik kerana nun ramai lagi di sana manusia yang memiliki kecacatan, ketumbuhan dan kerosakan pada wajah mereka.
Cerminan Hati Cerminan diri
Ya, wajah itulah cerminan hati kita. Bersih atau kotornya hati seseorang akan membias pada wajahnya.
Riak-riak wajah itu mungkin samar dan sukar ditafsir pada orang kebanyakan ‘Awamun Nas’ tetapi menjadi menjadi sangat jelas pada Ahlil Basirah yang memandangnya dengan matahati. Apa lagi pada pandangan Allah yang Maha Melihat zahir dan batin serta apa yang terselindung di dalam jiwa!
Yang penting, wajah yang tenang dan tenteram sehingga tak jemu dipandang mata adalah terhasil dari kebersihan hati dan ketenangan jiwa kerana sentiasa mengingati Yang Maha Pencipta.
Baca kisah berikut. Kemungkinan kita akan terjumpa tips bagaimana hendak memiliki wajah yang tenang, tenteram lagi sejuk mata memandang.
Al-Ahnaf Bin Qais merupakan salah seorang ulama yg terkenal di zamannya. Suatu hari seorang pemuda dari suku kaum Tai’yi berkunjung ke rumahnya.
Rumah Al-Ahnaf memang sentiasa dikunjungi oleh orang ramai terutamanya anak-anak murid dan sahabat handainya.
Mereka yg datang itu adalah untuk tujuan belajar dan menuntut ilmu dari beliau. Bagaimanapun, kedatangan seorang pemuda dari suku Taiyyi ini amatlah menarik perhatian Al-Ahnaf.
Ahnaf mendapati pemuda ini sangat segak dan tampan, berbeza dari pemuda yg sebaya dengannya. Lalu Ahnaf pun bertanya, “Wahai anak muda! Adakah kamu menghiasi wajahmu dengan sesuatu?”
Jawab pemuda tersebut, “Memang benar, saya ada menghiasi wajah saya dengan sesuatu iaitu jika saya bercakap saya tidak pernah bercakap bohong. Kalau ada orang yg sedang bercakap, saya hanya duduk diam dan mendengar. Jika saya berjanji, saya akan tepati janji itu, dan jika saya diberikan sesuatu amanah, saya tidak akan mengkhianatinya.”
Mendengar jawapan yg benas itu, maka berkatalah Al-Ahnaf, “Benar kata-katamu itu wahai anak muda. Sungguh engkau telah menghiasi dirimu dengan akhlak yg mulia”.
Wajah Yang Tetap Mengadap Tuhannya
Bagi para mukminin, wajah yang satu itulah yang dihadapkan kepada Allah sepanjang hidupnya dengan pengisian ketaatan, pengabdian, penyerahan, ketulusan dan pengharapan.
Itulah pengakuannya..
Itulah iqrarnya…
Intisari makna doa Iftitah..
“..Allah Maha Besar dan segala puji bagi Allah dengan banyaknya. Maha suci Allah sepanjang pagi dan petang. Aku hadapkan wajahku bagi Tuhan yang mencipta langit dan bumi, dengan suasana lurus dan berserah diri dan aku bukan dari golongan orang musyrik….
…Sesungguhnya solatku, Ibadatku, hidupku, matiku adalah untuk Allah Tuhan sekelian alam. Tidak ada sekutu bagiNya dan kepadaku diperintahkan untuk tidak menyekutukan bagiNya dan aku dari golongan orang Islam.”
Dan menghadapkan wajah kepada Allah itulah yang diperintahkan agama..
Firman Allah yang bermaksud: "Maka hadapkan wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetap atas) fitrah Allah yang menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwa kepada-Nya serta dirikanlah solat dan janganlah kamu termasuk orang yang mempersekutukan Allah." (Surah ar-Rum: 30-31)
Firman Allah: “..(maksudnya) Kerapkali Kami melihat engkau (Wahai Muhammad), berulang-ulang mengadah ke langit, maka Kami benarkan engkau menghadap kiblat yang engkau sukai. Oleh itu hadapkan wajahmu ke arah Masjid Al-Haram dan di mana sahaja kamu berada maka hadaplah wajah kamu ke arahnya (al-Baqarah 144).
Adalah menjadi harapan dan kerinduan para mukminin, agar wajah (dan seluruh tubuh) yang selama ini istiqamah dihadapkan kepada redha allah itu mudah-mudahan dianugerahkan pula di dalam syurga sana rezeki memandang dan melihat kepada wajah dan Zat Allah yang Maha Indah.
Al Ustaz Muhammad Umar As Sewed mecatatkan di dalam artikelnya:
“ Menurut pegangan ahlus sunnah wal jama’ah -pengikut para shahabat dan tabi’in dan atba’ut tabi’in-, mereka adalah orang-orang yang sangat meyakini akan adanya pertemuan dengan Allah dan berharap untuk diberikan kesempatan melihat wajah-Nya.
Bukan hanya itu, bahkan sesungguhnya seluruh manusia kelak akan sangat mengharapkan untuk mendapatkan kesempatan memandang wajah Allah, karena hal itu merupakan satu kenikmatan. Namun orang-orang kafir akan terhalang untuk memandang wajah Allah, karena kekufuran mereka ketika masih hidup di dunia.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman (yang artinya): Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari Rabb mereka. (al-Muthaffifin: 15)
Al Imam Syafi’i Rahimahullah ketika menghuraikan ayat di atas berkata: “..maka ini merupakan dalil bahwa wali-wali yang dicintai-Nya akan melihat-Nya dalam keridhaan.“ (Syarh Aqidatu ath-Thahawiyah, Ibnu Abil ‘Izzi, hal. 191). Baca lagi di dalam: http://ghuroba.blogsome.com,
Ni;mat Az Ziyadah
Melihat wajah Allah itulah nikmat tambahan di dalam syurga sana. Itulah kemuncak nikmat buat para mukminin.
Firman Allah: “Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada “pahala yang baik” (surga) dan “tambahannya”. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (Yunus: 25-26)
Menurut Ibnu Qayyim, yang dimaksud dengan kata al-husna di ayat itu adalah al-jannah (surga), sedangkan yang dimaksud dengan az-ziyadah (tambahan) adalah memandang wajah Allah Yang Mulia. Ini adalah tafsir Rasulullah saw berkenaan ayat itu sepertimana yang tercatat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya.
Baca lagi di: http://www.kebunhikmah.com dalam artikel “Melihat Wajah Allah”.
Selanjutnya, para mukminin mengharapkan agar wajah mereka dijauhkan dari pemandangan dan siksa neraka.
Mereka amat sedar, sikap bantah dan sombong sehingga seseorang memalingkan wajahnya dari jalan Allah dan peringatanNya di dunia ini bakal membawa hukuman yang maha berat iaitu bukan sekadar tidak diizinkan melihat syurga Allah bahkan diharamkan langsung dari melihat keindahan Zat dan wajahNya saat Allah bertajalli.
Sudahlah menderita kerana diazab neraka, namun yang lebih menyiksa dan menderitakan ialah terhalang untuk bertemu dan melihat wajah Allah swt buat selama-lamanya.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman (yang artinya): "..Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari Rabb mereka."(al-Muthaffifin: 15)
Bolehkah Puasa Sunat Selepas 15 Sya’ban?
12 years ago
0 comments:
Post a Comment