Dulu kita menyewa, sekarang sudah ada rumah sendiri, maka bersyukurlah. Alhamdulillah.
Walaupun rumah kos murah atau sederhana, syukurlah. Alhamdulillah, ada juga rumah sendiri. Dari titik peluh sendiri.
Dibandingkan dengan mereka yang hidup melarat tanpa rumah, berumahkan jambatan, kotak, kaki lima, tanah liat, bangunan usang dan sebagainya, maka bersyukurlah. Hidup kita jauh lebih selesa daripada apa yang sedang mereka lalui.
Dibandingkan dengan mereka yang hidup melarat tanpa rumah, berumahkan jambatan, kotak, kaki lima, tanah liat, bangunan usang dan sebagainya, maka bersyukurlah. Hidup kita jauh lebih selesa daripada apa yang sedang mereka lalui.
Apa makna dan maksudnya kita memiliki rumah? Apakah untuk menunjuk-nunjuk atau bertujuan melestarikan hidup nafsi-nafsi? Tidak sama sekali. Tujuannya adalah untuk kita membesarkan Allah dan syiar-syiarNya, menghidupkan segala suruhanNya dan menyingkirkan segala laranganNya.
Kenapa kita kembalikan matlamat dan tujuan ‘berumah’ itu sebagai pengabdian kepada Allah?
Jawapannya, kerana Dialah yang menganugerahkan kita rumah, menyerah dan melapangkannya untuk sekelian kita.
Ingat, Allah SWT jualah yang memudahkan kita untuk memilikinya.
Firman Allah di dalam surah An Nahl ayat 80: “..Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal…”
Dalam menghuraikan ayat di atas Imam Ibnu Kathir rahimahullah berkata: “..Allah Ta’ala menyebutkan (bahawa diantara) kesempurnaan nikmatNya ke atas hamba-hambaNya ialah Dia menjadikan untuk mereka rumah, tempat tinggal dan tempat berlindung mereka. Dengan adanya rumah mereka dapat menutupi diri juga memperolehi dan menikmati banyak lagi manfaat-manfaatnya yang lain.”
Dengan adanya rumah, manusia dapat berteduh dari hujan lebat, rebut, salji maupun panas mentari. Bilamana dikatakan rumah itu menutupi, maka maksudnya menutupi diri, keluarga dan sekelian aktiviti keluarga yang bersifat khusus dari pandangan dan penglihatan umum serta memelihara mereka dari gangguan dan kejahatan manusia atau binatang buas dan sebagainya.
Bagi seorang muslim dan muslimah, rumahlah tempat makan minumnya, tempat hubungan kelaminnya, tempat rehatnya, ruang ‘privacy’nya bersama ahli keluarganya, tempat berkumpul seisi keluarganya. Manakala atas dari segala maksud yang murni itu ialah rumah adalah tempat beribadatnya.
Luas tapi Sempit
Kembali semula kita kepada perbahasan menegnai rumah. Apabila tidak dilihat dan dipacu ‘rumah’ dalam maksud dan tujuan yang murni ini, maka ia akhirnya akan menjadi lembah derita atau lubuk neraka yang disegera. Sebesar dan seluas mana pun rumah, namun andai tidak terisikan tauhid, ilmu, iman, syariat dan akhlak islami maka ia sebenarnya sempit pada pandanagn Allah dan akan menjadikan jiwa-jiwa yang menghuni di dalamnya juga turut terasa sempit.
Sebaliknya, sekalipun rumah seseorang itu kecil atau sederhana namun bilamana ia terisikan faktor-faktor yang mulia itu tadi, maka ia sebenarnya ‘luas dan lapang’ pada pandangan Allah bahkan Allah akan melapangkan sekelian jiwa-jiwa yang mendiaminya.
Rujukan: Arba’un Nasihah Li islahil Buyut : As Syeikh Muhammad Soleh Al Munjid
Bolehkah Puasa Sunat Selepas 15 Sya’ban?
12 years ago
0 comments:
Post a Comment