Saat ini kita memasuki bulan Rajab.
Pertama, penyucian hati.
Telah diriwayatkan, bahwa sebelum Nabi Muhammad saw. dibawa Malaikat Jibril, beliau dibaringkan, kemudian dibelah dadanya; hatinya dibersihkan dengan air zamzam. Apakah hati Rasulullah saw. kotor? Pernakah Rasulullah saw. berbuat dosa? Apakah Rasulullah saw. punya penyakit dendam”, dengki, iri hati, hasud, atau berbagai penyakit hati lainnya? Tidak. Beliau adalah seorang hamba yang maksum (terjaga dari berbuat dosa). Lalu apa yang dimaksud denga penyucian hati Rasulullah saw.?
Kita mengetahui, hati manusia awalnya putih-bersih. Ia ibarat kertas putih tanpa noda sedikitpun. Namun, manusia, setiap kali melakukan kekhilafan, setiap kali pula hatinya ternoda hingga menjadikannya hitam pekat. Di sinilah pentingnya kita selalu menyucikan hati, karena sesungguhnya perjalanan menuju Ilahi hanya bisa dilakukan dengan jiwa dan hati kita yang suci, sebagaimana Rasulullah saw. pun disucikan hatinya sebelum perjalanan suci Isra’ dan Mijrak tersebut.
Kedua, memilih susu, menolak khamar.
Ketika ditawari dua pilihan minuman, dengan cermat Rasulullah saw. mengambil gelas berisikan susu; minuman halal dan penuh manfaat bagi kesehatan. Rasulullah saw. menolak khamar; minuman haram dan merusak akal. Sungguh tepat pilihan Rasullah saw., karena pilihan ini adalah pilihan yang sesuai dengan fitrah. Inilah juga yang harus dilakukan oleh setiap Muslim; selalu memilih yang halal dan membuang yang haram.
Ketiga, arah perjalanan vertikal-horizontal.
Dalam perjalanan horizontal ini Beliau digambarkan bertolak dari Masjid al-Haram ke Masjidil al-Aqsha. Artinya, bahwa dalam kita melangkahkan kaki di tengah perjalanan kita menuju tujuan akhir, alangkah pentingnya diperhatikan awal langkah. Motivasi dasar dan niat kita dalam melakukan sesuatu harus karena “masjid” (sujud) atau dalam kerangka ketaatan kepada Allah. Pertautan niat dan tujuan karena ketaatan menjadikan setiap langkah yang kita lakukan akan selalu harmonis dengan keduanya. Bagaimana mungkin seseorang melakukan amal karena dan untuk Allah, namun dengan cara yang tidak diridhai oleh-Nya?
Keempat, imam shalat berjamaah.
Ketika Rasulullah saw. memimpin shalat berjamaah, yang makmumnya adalah para nabi, maka hal itu merupakan pengakuan kepemimpinan Beliau atas seluruh kaum yang ada. Kepemimpinan dalam shalat berjamaah sesungguhnya membuktikan bahwa Rasulullah saw. adalah pemimpin seluruh umat manusia.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
[Nur Fadhillah; Mahasiswi Teknologi Pertanian UNHAS
0 comments:
Post a Comment